Sejarah

Pertanyaan

Uraikan mengapa terjadi peralihan kekuasaan dari kerajaan Demak ke Pajang dan selanjutnya ke Mataram Islam

1 Jawaban

  • Sultan Trenggana Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya Portugis ke Jawa Barat. Pada tahun 1522 Gubernur Portugis di Malaka, Jorge d’Albuquerque telah mengirimkan utusan bernama Henrique Leme kepada Raja Samiam di Sunda Kelapa. Utusan itu diterima baik, bahkan Portugis diberi izin untuk mendirikan kantor dagang di Sunda Kelapa. Berdasarkan data itu, Sultan Trenggana segera mengutus Faletehan (Fatahillah) beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Tujuannya adalah agar Portugis tidak dapat menguasai wilayah Sunda Kelapa. Faletehan yang berasal dari Pasai merupakan seorang ulama dan panglima militer yang cakap. Dengan semangat juang yang tinggi, Banten dapat ditaklukkan dan berhasil dikuasai seluruhnya pada tahun 1527. Sunda Kelapa kemudian menyusul jatuh ke tangan umat Islam. Tentara Portugis yang baru tiba dari Malaka dan akan memberi bantuan kepada Raja Sunda dapat dihancurkan pula. Atas kemenangan itu, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Setelah itu, menyusul Cirebon dapat dikuasai pada tahun 1528. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa, mulai dari Banten sampai dengan Gresik tunduk kepada pemerintahan Demak. Atas jasanya yang besar itu, Faletehan diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan Demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram. Setelah itu, Madura jatuh ke dalam kekuasaan Demak. Untuk memperkuat kedudukannya, putri Sultan Trenggana dinikahkan dengan Pangeran Langgar, Bupati Madura. Selanjutnya, Mas Karebet atau Jaka Tingkir, putra Bupati Pengging diambil menantu Sultan Trenggana dan diangkat menjadi Bupati Pajang. Jaka Tingkir setelah berkuasa di Pajang bergelar Hadiwijaya. Cara itulah yang disebut perkawinan politik. Pada saat yang bersamaan, di Jawa Timur sedang berkembang sebuah kota pelabuhan dan pusat perdagangan, yaitu Pasuruan. Kota itu mengadakan hubungan dagang dengan Bali, pulau-pulau di Indonesia bagian tengah dan timur, serta Portugis. Hal itu jelas dianggap menyaingi Demak. Oleh karena itu, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya ke Pasuruan untuk menaklukannya. Terjadilah pertempuran hebat yang akhirnya menewaskan Sultan Trenggana pada tahun 1546. Setelah rajanya mangkat, pasukan Demak patah semangat dan seluruh pasukan ditarik mundur kembali ke Demak. Dalam sejarah Demak, Sultan Trenggana adalah raja terbesar. Sultan Trenggana cakap, menguasai sistem birokrasi pemerintahan dan strategi militer, serta memiliki pandangan jauh ke depan. Mangkatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian (kadipaten) banyak yang melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan pemerintahan pusat di Demak. Para ahli waris di Demak juga saling berebut takhta sehingga timbul perang saudara yang hebat. Bupati Jipang, Aria Penangsang, memberontak. Aria Penangsang merasa lebih berhak mewarisi takhta. Seandainya ayahnya, Pangeran Sekar Seda Lepen, (kakak Trenggana) tidak dibunuh oleh Pangeran Prawata (putra Sultan Trenggana), tentu ia telah menjadi Sultan Demak. Oleh karena itu, Pangeran Prawata dibunuhnya. Suami Ratu Kalinyamat, Pangeran Hadiri (adik Pangeran Prawata) juga dibunuh. Situasi politik bertambah kacau sehingga para bangsawan Demak menyingkir ke Jepara di bawah pimpinan Ratu Kalinyamat (cucu Raden Patah). Mereka bersumpah akan menuntut balas kepada Aria Penangsang. Kendali kekuasaan Demak dipegang oleh Aria Penangsang yang berkedudukan di Jipang. Ratu Kalinyamat kemudian bekerja sama dengan Bupati Pajang, Hadiwijaya (Jaka Tingkir) untuk menyingkirkan Aria Penangsang. Dengan pasukan yang kuat dan tipu daya yang tepat, mereka berhasil menggagalkan pemberontakan Aria Penangsang yang akhirnya dibunuh oleh Hadiwijaya. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M. Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Setelah negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang

Pertanyaan Lainnya